Monday, May 4, 2020

Sejarah Perkembangan Konstitusi


CatatanKarsa.blogspot.com- Sejak zaman Yunani kuno Sudah dikenal istilah Konstitusi, meskipun belum di letakkan dalam suatu naskah tertulis. Awalnya Bangsa Yunani hanya mengenal Negara-Kota, sebuah wilayah yang umumnya tidak lebih luas dari pada sebuah Country (semacam kabupaten). Bagi bangsa yunani, Negara merupakan seluruh pola pergaulan sebuah kota tempat terpenuhinya semua kebutuhan secara materi dan spiritual.

Aristoteles, memahami negara yang digunakannya sebagai segala sesuatu yang di artikan sekarang sebagai istilah negara, masyarakat, organisasi ekonomi, dan bahkan Agama. Bagi Aristoteles Negara bukanlah ikatan spiritual, bukan alat kelengkapan pemerintahan belaka, keberadaan negara tidak semata-mata untuk memungkinkan adanya kehidupan, tetapi untuk membuat kehidupan bisa berjalan dengan baik.

Dalam hal ini, Aristoteles membedakan istilah Politeia dan Nomoi. Politeia di artikan sebagai Konstitusi, sedangkan Nomoi, di artikan undang-undang, Politeia mengandung kekuasaan tertinggi dari pada Nomoi.

Athena adalah negara kota pertama yang membentuk liga negara-negara sederajat yang di sebut Konfederasi Delos. Bangsa Yunani selalu terlibat perang saudara yang berkepanjangan, (perang peloponesia, 431 M - 404 S.M.), dan pada akhirnya jatuh akibat penyerbuan Macedonia di bawah Philip II dan Alexander Agung . Dalam perkembangannya, kejayaan kekaisaran Alexander jatuh dengan adanya ekspansi kekaisaran Romawi.

Pada zaman Romawi di kenal adanya Lex Regia, yang berisikan perjanjian perpindahan kekuasaan dari rakyat ke Caesar yg berkusa Mutlak. Dalam abad pertengahan di kenal pula sejenis konstitusi yang di sebut Legas Fundamentalis, yang berisikan Hak dan kewajiban Rakyat (regnum), dan raja (rex).

Romawi yang pada awalnya  juga merupakan negera-kota (citystate), dalam sejarah konstitusionalisme merupakan fakta bahwa peranan konstitusinya dalam dunia kuno dapat di perbandingkan dengan konstitusi Inggris dalam dunia modern. Meskipun tidak di temukan dalam bentuk tertulis, Konstitusi romawi terdiri dari sekumpulan preseden yang di bawa dalam ingatan seseorang atau tercatat secara tertulis, kumpulan keputusan pengacara atau negarawan, kumpulan adat-istiadat, kebiasaan, dan keyakinan yang berhubungan dengan metode pemerintahan.

Mula-mula romawi adalah sebuah monarki, tetapi kemudian raja-rajanya di turunkan dengan paksa. Sekitar 500 S.M, Republik mulai muncul yg di susul dengan perebutan kekuasaan antargolongan (Patrician-bangsawan dan Plebeians-buruh tani) yang berlangsung lama sekitar (300 S.M) dengan di tetapkannya persamaan hak terhadap rakyat jelata yang di lindungi oleh para pejabat yg di pilih khusus, yang di sebut Tribunes.




Saturday, March 7, 2020

Feminisme dan sejarah Hari perempuan 23 februari di kalender julian di rusia.



Sejarah Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day bermula dari aksi unjuk rasa kaum wanita di New York yg di prakarsai oleh Partai Sosial Amerika pada 08 maret 1909.

tentang perayaan ini di kemukakan untuk pertama kalinya pada saat memasuki abad ke-20 di tengah-tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yg menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja.

Hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 23 februari di kalender Julian yg di gunakan di rusia atau tanggal, 8 maret menurut kalender Gregorian atau kalender masehi.

Hari Perempuan Sedunia sebelumnya sempat menghilang, namun dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an, perayaan ini di rayakan kembali sampai akhirnya pada tahun 1975, PBB mulai mensponsori Hari Perempuan Sedunia sebagai perayaan Internasional yg ditujukan untuk seluruh perempuan di dunia.

Indonesia Tanpa Feminis mempertentangkan ide feminisme dengan Islam. Mereka berkesimpulan bahwa feminisme merupakan produk Barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Memang, tuduhan itu tidak salah jika dilihat dari perspektif sejarah. Alasannya, sebagai sebuah gerakan politik, kesadaran tentang feminisme muncul pertama kali pada tahun 1792 di Inggris. Yakni, lewat buku berjudul ‘A Vindication of the Rights of Woman’ karya filsuf Inggris, Mary Wollstonecraft.

Wollstonecraft menerbitkan buku tersebut usai revolusi Prancis meletus. Kala itu, dia melihat adanya partisipasi politik yang timpang antara laki-laki dengan perempuan. Untuk itu, dia menilai, penggulingan monarki absolut seharusnya dapat menjadi momentum bagi perempuan untuk bergerak.

"Telah tiba waktunya untuk mempengaruhi sebuah revolusi melalui cara perempuan. Telah tiba waktunya untuk memulihkan kewibawaan perempuan yang telah hilang,” tulis Wollstonecraft.

Menariknya, Wollstonecraft sama sekali tak menggunakan istilah feminisme dalam bukunya tersebut. Kala itu, kesadaran tentang ketidakadilan yang menimpa perempuan biasa diterjemahkan sebagai gerakan perempuan (women’s movement).

Sebab sebagai sebuah istilah, feminisme justru baru muncul pada tahun 1808. Istilah itu digunakan filsuf Prancis Charles Fourier untuk menggambarkan sosialisme utopis. Kala sekat antara perempuan dan laki-laki lenyap dalam relasi sosial.

Meski percaya bahwa otoritas tubuh perempuan milik perempuan, FEMEN tidak mengizinkan anggotanya untuk menutup aurat. Sebaliknya, aurat dianggap sebagai manifestasi dari budaya patriarki. Di tangan FEMEN, perempuan berhijab yang mengaku feminis pun akan dicap sebagai musuh.

Pendefinisian feminisme yang seperti itu jelas bukan tanpa kritik. Filsuf feminis Prancis Julia Kristeva misalnya, yang mengatakan kebebasan di dalam feminisme justru terletak pada individu, bukan kelompok. Selama perempuan memilih untuk berhijab atas kesadarannya sendiri, serta tanpa paksaan, maka itu tak jadi soal.

Otoritas tubuh yang dipahami Kristeva barangkali terdengar lebih bijak. Dalam sebuah suratnya kepada Ketua Komnas HAM Prancis pada 1990, Kristeva menyebut, pemerintah Prancis bertindak menindas dengan tak mengizinkan pelajar untuk mengenakan hijab.

Pada akhirnya, gagasan feminisme bukanlah hal yang final. Konsep feminisme akan terus berkembang sebagai ikhtiar untuk mendekati keadilan. Yang terbaik lantas bukan menolak feminisme.

Itu karena, tanpa ada istilah feminisme pun perjuangan perempuan terhadap keadilan tak dapat dibendung. Ini persis seperti Wollstonecraft yang mendeteksi adanya ketidakadilan, meski dia tak menamakannya sebagai feminisme.



Thursday, February 6, 2020

Hidup yang realistis dan idealisme dalam tatanan sosial


Realistis adalah kondisi dimana seseorang merasa sudah tidak harus berpegang terhadap prinsip dasar, dimana setiap orang pasti memilikinya dari keluarga maupun lingkungan lain.

Hal ini berbeda dengan Idealis yang berarti prinsip atau ideologi seseorang yang mana sangat berpengaruh dalam setiap sisi kehidupan. Saya mencoba untuk membandingkan orang idealis dan realistis secara kaca mata orang awam seperti saya.

Menurut saya orang yang berpikir realistis adalah orang yang melihat situasi dan terkadang cermat dalam melihat peluang. Pada kenyataannya seseorang yang berpikir realis terkadang bisa menjadi apa saja asalkan dia membutuhkan sesuatu.

Etos kerja dan tidak memilah-memilah pekerjaan adalah salah satu keunggulan orang yang realis.Mereka terkadang berpikir bahwa suatu idealisme tidak sesuai dengan kondisi masyarakat yang memang susah untuk disamakan dengan teori ilmu pengetahuan. 

Terkadang seseorang realistis juga melakukan banyak kesalahan yang mana tidak sesuai dengan norma hidup. Sedangkan di sisi idealisnya adalah seseorang yang sangat berpegang teguh terhadap idealisme dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Seseorang yang idealis sangat susah untuk dipatahkan dalam berpendapat,serta sangat kaku dalam pemikirannya.Tetapi sisi positif orang yang idealis ialah mereka sosok yang tidak pernah goyah untuk melakukan hal yang jauh melenceng dan bisa dikatakan negatif.

 Idealis akan mendorong seseorang untuk belajar agar memiliki prinsip yang teguh,tidak mudah terpengaruh, dan kritis.

Salah satu psikolog tersohor yang bernama 'Eric From' mengatakan bahwa:
Mental, emosi dan nafsu seseorang dapat di bentuk oleh lingkungannya, namun yakin bahwa bila nilai sebagai etos benar-benar telah menjadi spirit ruh yang merasuki jiwa manusia maka, mereka akan berkata 'TIDAK' pada dalil zaman yang mengatur dan justru akan sebaliknya bahwa manusialah yang harus mengendalikan lingkungan itu sendiri...

Berdasarkan opini di atas saya menyimpulkan bahwa kedua ideologi ini sama benarnya apabila digunakan secara tepat dan bijaksana.Tapi secara  pribadi saya lebih prefer ke realistis karena teori sulit dipraktekkan secara mentah,harus ada olahan tersendiri sebelum masuk ke lingkungan.

Wednesday, January 22, 2020

kesadaran dan pengetahuan


Pengetahuan dan Kesadaran

Adakalanya, kita menyebut orang gila sebagai orang-orang yang tidak sadar. Kita menilai tindakan mereka sebagai tindakan tanpa kesadaran. Karena itulah kita memaklumi tindakan mereka, betapapun  buruknya tindakan mereka itu dalam anggapan kita. Kadang pula, kita mengatakan bahwa orang yang tidak sadar adalah mereka yang tidak merasa, seperti orang pingsan atau orang yang tertidur.

Makna di atas benar. Tapi bukan itu yang dimaksud dalam filsafat. Kesadaran dalam filsafat adalah keyakinan yang dalam atas kebenaran pengetahuan yang dimiliki. Begitu dalamnya keyakinan tersebut, hingga mewujud dalam tindakan.

Berdasarkan makna ini, kesadaran adalah tashdiqulqolbi (iman) dan turunan dari pengetahuan. Manusia hanya mengimani apa yang diketahuinya, dan mengamalkan apa yang diimaninya. Kesadaran adalah posisi tengah, antara ilmu dan amal, antara
pengetahuan dan tindakan. Kesadaran dilahirkan oleh pengetahuan, dan melahirkan tindakan.

Berdasarkan ini pula, gerak terbagi dua; gerak berkesadaran dan gerak tanpa kesadaran. Gerak berkesadaran adalah gerak yang dilandasi oleh pengetahuan, seperti gerak hewan dan manusia. Sedang gerak tanpa kesadaran adalah gerak tanpa landasan pengetahuan, seperti gerak mesin-mesin atau batu yang terlempar.

Penting diketahui, yang terjelaskan di atas adalah makna umum kesadaran. Betapa tidak, dalam makna umum tersebut, tindakan eksploitatif juga termasuk tindakan berkesadaran. Sebab, dilandasi oleh pengetahuan terhadap manfaat eksploitasi, dan iman terhadap pengetahuan tersebut.

Kesadaran dalam makna khusus adalah keyakinan yang mendalam terhadap pengetahuan yang benar atas hakikat realitas. Yakni, manusia yang sadar adalah dia yang mengetahui hakikat realitas dengan benar, mengimani pengetahuan tersebut, lalu mewujudkannya dalam tindakan. Tindakan berkesadaran adalah tindakan yang dilandasi oleh keyakinan kuat terhadap pengetahuan yang objektif atas hakikat realitas.

Sebagai misal, hakikat manusia adalah jiwa. Raga, hanya 'lukisan ' manusia semata. Dengan ini, manusia yang sadar adalah dia yang terus-menerus menyempurnakan jiwanya, dia yang meletihkan raganya dalam pengkhidmatan pada jiwa. Sedang manusia yang tidak sadar adalah dia yang memanjakan raganya, dan membiarkan jiwanya tak terurus, dia yang jiwanya diperbudak oleh raganya.

Ringkasnya, gerak berkesadaran adalah gerak menyempurna. Dan gerak menyempurna adalah gerak di atas jalur harmonisasi. Manusia yang sadar adalah dia yang menyempurnakan jiwanya dengan menyusuri jalan harmonisasi.

Sebaliknya, gerak tanpa kesadaran adalah gerak yang menjauhkan diri dari kesempurnaan substansial, kesempurnaan hakiki. Dan itu, adalah gerak di atas jalur eksploitasi. Manusia yang sadar adalah manusia yang menghinakan jiwanya dengan tindakan eksploitatif, betapapun ia bergelimang kesempurnaan material.

Maka perhatikanlah, betapa sedikitnya yang sadar dan betapa banyaknya yang tak sadar. Betapa sedikitnya yang terjaga dan betapa banyaknya yang terus tertidur. Betapa sedikitnya yang bangun dari tidur, dan betapa banyaknya yang bangun dari tempat tidur.


Tuesday, December 31, 2019

Kemana Kamu Pergi (Fa Aina tazhabun)



Kemana Kamu Pergi (Fa aina tazhabun)

Anakku
Tahun-tahun berjalan dan terus berjalan, kehidupan berlalu dengan cepat. Tapi kehidupan bukan persoalan waktu dan jarak, bukan persoalan seberapa lama dan seberapa jauh kau melangkah. Kehidupan adalah persoalan kemana dan bagaimana kau melangkah.

Tapi, kemana dan bagaimana kau akan melangkah, sementara tujuan hidup belum jua kau tahu. Kemana dan bagaimana kau akan melangkah? Akankah setiap langkah mendekatkan diri pada kesempurnaan, atau justru semakin menambah jarak?

Engkau bukanlah penentu tujuan hidupmu, bukan pula penentu hakikat kesempurnaanmu. Tugasmu hanyalah menyingkap tujuan hidup yang ditetapkan Sang Pemberi Hidup. Tugasmu hanyalah menyingkap hakikat kesempurnaan, sebagai manusia dan sebagai hamba Tuhan. Lalu, susuri jalan kehidupan itu, bergerak dan menyempurnalah.

Beribu kilo kau tapaki jalan bising di luar dirimu, tak akan berarti bila tak kau ayunkan langkah walau selangkah menyusuri jalan hening dalam dirimu.

Berpuluh tahun kau lalui desa ke kota, kota ke negara, semua percuma bila tak kau lalui walau sehari stasiun demi stasiun menuju istana Cinta.

Sungguh merugi mereka yang sadar akan gerak raga, namun lalai pada gerak jiwa; pada cahaya kah ia menatap, atau pada kegelapan ia tenggelam. Sesiapa yang menyadari gerak jiwanya, akan tertata gerak raganya.

Anakku
Semula kau adalah manusia potensi. Tahukah kau apa manusia potensi itu? Yaitu hewan aktual. Yang hanya tahu makan, minum, kawin lalu tidur.

Kini dan selamanya kau adalah manusia potensi, bila tak kau susuri jalan aktualisasi. Tapi, bagaimana kan kau susuri jalan itu? Sementara aktualitas manusia tak jua kau tahu.

Manusia aktual adalah manusia rasional. Manusia yang bergerak & memilih atas dasar akal, bukan atas dasar indera, bukan pula imaginasi.

Pabila kau bergerak menuju fatamorgana, maka engkau adalah manusia indrawi. Pabila kau lebih takut tidur sekamar dengan orang mati ketimbang dengan orang hidup, maka engkau adalah manusia imaginasi.

Gerak rasional adalah gerak harmonisasi. Kau bertindak harmonis pada setiap yang eksis, bahkan pada mereka yang mengeksploitasimu. Gerak rasional adalah gerak cinta. Kau tebarkan cinta pada setiap yang ada, bahkan pada mereka yang membencimu.

Pilihan rasional adalah pilihan substansial. Kau korbankan kesempurnaan aksidental demi kesempurnaan substansial.
Pilihan rasional adalah pilihan jiwa. Kau hancurkan raga, lepaskan perkara duniawi demi kesempurnaan jiwa, meraih nilai maknawi.

Anakku
Lantas kemana kau akan kembali? Sementara tak kau tahu kampung abadi. Bagaimana kan kau tahu kampung abadi, sedang tak kau tahu hakikat diri.

Engkau tak akan bergerak menuju samudera, kecuali engkau telah merasa bak setetes air di sahara. Engkau tak akan kembali pulang pada sang rumpun, kecuali engkau telah merasa bak seruling bambu, terasing dalam kesendirian. Engkau tak akan bersandar pada yang maha kaya, selama tak kau sadari bahwa engkau adalah maha papa.

Terbanglah anakku.
Engkau adalah seekor hud-hud. Terbang melintasi lembah uhud. Pabila telah kau jumpai  sang Simurg, berarti telah kau temukan hakikat dirimu yang terkubur.

Bergeraklah anakku
Asal jangan bergerak tanpa kesadaran, jangan bernafas tanpa menyempurna . Hidup bukan sekedar bergerak, hidup bukan sekedar bernafas.

Mereka yang bergerak tanpa kesadaran adalah robot-robot yang berjalan. Mereka yang bernafas tanpa menyempurna adalah mayat-mayat yang gentayangan.

*~Alfit Lyceum*
#salamharmonisasi
#filsafatharmonisasi

Tuesday, December 17, 2019

Antara Cinta dan Nafsu


Tentang Cinta dan Nafsu

Cinta adalah ketertarikan hati pada hal-hal yang dianggap baik, indah, nikmat dan sempurna. Yakni, objek cinta adalah kebaikan, keindahan, kenikmatan, kebahagiaan dan kesempurnaan. Sebaliknya, objek benci adalah keburukan, kesengsaraan, derita dan ketidaksempurnaan.

Sayyid Kamal Haidari, dalam bukunya Makrifatullah, mengatakan; cinta adalah akibat dari pengetahuan dan sebab dari kematian. Yakni, cinta lahir dari pengetahuan, dan cinta melahirkan kematian.

Ini benar, sebab manusia hanya mencintai apa yang diketahuinya sebagai kesempurnaan, kebaikan, kebahagiaan dan kenikmatan. Manusia rela mati demi meraih semua itu.

Pun sebaliknya, manusia hanya membenci hal yang diketahuinya sebagai keburukan, penderitaan, kesengsaraan dan ketidaksempurnaan. Manusia juga rela mati demi menghindari semua itu.

Sesuatu yang hakikatnya baik, nikmat, bahagia dan kesempurnaan, tidak akan dicintai, bila manusia tak mengetahuinya. Begitu juga, sesuatu yang hakikatnya adalah keburukan, derita, kesengsaraan dan ketidaksempurnaan, tidak akan dibenci, bila manusia tak mengetahuinya.

Oleh karena itu, sebelum mencinta, penting untuk mendiagnosa mana kebaikan dan mana keburukan, mana kenikmatan dan mana kesengsaraan, mana kebahagiaan dan mana derita, mana kesempurnaan dan mana ketidaksempurnaan. Penting untuk meningkatkan kualitas pengetahuan.

Dan disinilah urgensi akal. Manusia harus menggunakan akalnya untuk mengetahui mana kesempurnaan substansial dan mana kesempurnaan aksidental; mana kebahagiaan abadi, dan mana kebahagiaan temporel; mana kenikmatan level rendah, dan mana kenikmatan level tinggi.

Jangan sampai, karena rendahnya pengetahuan dan liburnya akal, akhirnya kita mencintai dan rela mati dalam mengejar kenikmatan level rendah, kebahagiaan temporel dan kesempurnaan aksidental. Jika benar demikian, maka cinta kita adalah cinta buta; yaitu cinta yang tak dilandasi oleh cahaya akal.

Sebagai contoh; jika kita mencintai perempuan, lantaran kita mengetahui bahwa perempuan menawarkan kenikmatan fisikal, maka cinta kita kepadanya adalah cinta pada kenikmatan level rendah, cinta emosional.

Dan, bila kita mencintainya karena kita tahu bahwa dia menawarkan kenikmatan pengetahuan, maka cinta kita kepadanya adalah cinta pada kenikmatan level tinggi, cinta rasional.

Maka berhati-hatilah, jangan sampai engkau membenci manusia yang berilmu, hanya karena dia berparas buruk. Jangan jadikan kenikmatan level rendah, sebagai neraca mencinta, sebab itu disebut nafsu.

Pada tataran yang lebih tinggi, nafsu adalah segala bentuk cinta transaksional. Dengan kata lain, nafsu adalah engkau mencintai dengan harapan beroleh sesuatu darinya, baik itu kenikmatan level tinggi maupun kenikmatan level rendah. Sebab ujung dari cinta transaksional adalah diri.

Cinta yang tersucikan dari nafsu adalah cinta murni, yaitu cinta yang melenyapkan wujud pecinta, dan yang tersisa adalah wujud kekasih. Ujung dari cinta murni adalah kekasih dan kehendak kekasih, sebab diri dan kehendak diri telah meniada. Seperti kisah budak yang dikisahkan Fariduddin Attar berikut;

Alkisah seorang Raja membeli seorang budak. Kepada budak barunya, Sang Raja bertanya;

Nama kamu siapa?
Namaku adalah apa yang tuan panggilkan kepadaku.

Makanan kamu apa?
Makananku adalah apa yang tuan berikan kepadaku.

Pakaian kamu apa?
Pakaianku adalah apa yang tuan pakaikan kepadaku

Apa keinginanmu?
Keinginanku adalah apa yang tuan inginkan.

Lihatlah, cinta murni adalah level hamba. Dan hamba adalah dia yang tak memiliki kehendak di hadapan maulanya.

Atau seperti kisah Majnun yang mengetuk pintu rumah Laila. Pintu tak akan terbuka, Majnun tak akan diizinkan masuk, selama Majnun masih mendaku. Berikut kisahnya;

Suatu ketika Majnun mengetuk pintu rumah Laila.
Laila bertanya; siapa di luar?
Aku, jawab Majnun.
Laila berkata; pergi dan datanglah esok hari lagi.

Keesokan harinya, Majnun kembali datang, mengetuk pintu rumah Laila.
Siapa di luar? Tanya Laila.
Aku, jawab Majnun.
Lagi-lagi Laila menyuruh Majnun pulang, dan mempersilahkannya datang esok lagi.

Berhari-hari hal ini terulang. Majnun tak pernah diizinkan masuk ke rumah Laila.
Hingga di suatu hari, Majnun datang lagi dan mengetuk pintu.

Siapa diluar, tanya Laila.
ENGKAU, jawab Majnun.
Masuklah, jawab Laila kemudian.

Yah, cinta murni adalah level Majnun, level kematian, pecinta kehilangan eksistensinya di hadapan eksistensi kekasihnya.

Walhasil, cinta tanpa natsu adalah ketika engkau mencintai kekasihmu tanpa mengharap sesuatu darinya. Engkau mencintainya, karena engkau menemukan dirinya memang layak tuk dicinta, engkau menghamba kepadanya, karena engkau menemukan dirinya memang layak tuk dipertuhan.

Cinta murni juga mesti dinaungi oleh cahaya akal. Dengan begitu, diri tidak terjebak pada wujud terbatas, diri akan terarahkan pada kekasih sejati, wujud nirbatas. Sebab tak ada wujud yang paling layak dicinta dan dipertuhan, kecuali Dia yang paling sempurna dari yang sempurna. Tak ada kekasih yang paling layak dijadikan kekasih, kecuali Dia yang paling pengasih diantara yang pengasih.

Apalah artinya menggila dan rela mati dalam cinta, bila yang digilai adalah wujud terbatas. Gilailah Dia sang wujud nirbatas, seperti Majnun meggilai Laila.

*~Alfit Lyceum*
#salamharmonisasi

Monday, December 9, 2019

membaca sebelum menulis setelah membaca


Saya membaca,karena saya menulis
saya suka membaca,saya suka menulis

Daripada menghitung soal ujian matematika,saya mah lebih suka membaca dan menulis ribuan kata yang tersusun rapih dan mudah dipahami.

Ingin menulis ? Tapi apa yang harus saya tulis ?
Yang ditulis adalah yang tersirat dihati dan yang terpikir,tergambar jelas diotak telinga.

Maka dari itu,dengan membaca kita bisa menemukan gagasan baru,ide untuk membangun suatu karya sastra baik itu berupa tulisan maupun ucapan.karena,dengan membaca sama artinya dengan membuka cakrawala dunia,jendelanya dunia,yang tiada lain adalah ilmu yang tidak sengaja kita dapati dari membaca.

Seperti peribasa yang menyatakan “membaca adalah jendelanya dunia dan buku adalah gudangnya ilmu”  artinya dengan membaca kita bisa tahu isi dunia,maknanya kita banyak mengetahui ilmu pengetahuan yang ada dimuka bumi ini.Dimulai dari sains,teknologi,biologi,ekonomi,agribisnis,dan masih banyak lainya.Semuanya bisa kita peroleh dengan membaca,karena hanya dengan belajar saja menurut saya itu tidak cukup.Mungkin kita disekolah banyak mempelajari berbagai hal,baik itu materi atau pun non materi.Materi dari yang guru kita berikan,dan non materi dari apa yang kita pelajari di sekolah tentang hubungan sosial,atau dari sebuah organisasi yang kita naungi disekolah.Secara tidak langsung kita banyak mempelajari berbagau hal,dan memperoleh banyak ilmu.Tapi,kalau hanya dipelajari dan tidak membaca itu sama saja bodohnya dengan air yang dikasih minyak,tidak akan pernah menyatu dan melekat ditubuh kita/ingatan kita.

Makanya,bila mana kita hendak mempelajari sesuatu harus dibarengi dengan membaca,dengan begitu apa yang kita pelajari dan peroleh akan melekat kuat pada diri kita,sehingga kita pun banyak menemukan unsur gagasan/ide baru untuk dijadikan sebuah karya atau motivasi tersendiri.
Sering-seringlah membaca,dengan begitu hubungan konteks kalian secara tidak langsung bakal berjalan dengan mulus,lancer,dan berada dibawah kendali kita.Kenapa begitu ? karena,kita sudah terbiasa membaca,dalam artian mampu membaca segala hal.Sehingga kita pun mampu menguasai diri kita sendiri.Tidak mudah terpengaruh oleh banyak orang atau lingkungan sekitar yang mencekam.

Mengingat Negara kita Indonesia,lemahnya kesadaran Akan membaca .Menjadikan Negara Indonesia gawat darurat literasi menduduki peringkat kedua dari bawah soal literasi dunia.Menurut survei  kelas dunia orang-orang Indonesia tidak suka membaca buku.Menurut data UNESCO minat baca masyarakat indonesia sangatlah memprihatinkan,hanya 0,001% artinya dari 1.000 orang Indonesia Cuma 1 orang yang rajin  membaca.

Hhah !

Makanya kita sebagai warga masyarakat Indonesia harus membiasakan membaca,minimal setidaknya kita menyishkan waktu 1 jam dalam sehari untuk membaca,atau 5 jam per minggu untuk baca buku.

Baca,baca dan bacalah maka 1000 gudang ilmu akan kita gali.