Bukan karna hidup yang kalah oleh kehendak, tetapi hidup tidak boleh sunyi, maka dari itu ramaikan dengan membaca, Sebab Membaca merupakan salah satu perpanjangan ingatan dan imajinasi,
Tuesday, December 31, 2019
Kemana Kamu Pergi (Fa Aina tazhabun)
Kemana Kamu Pergi (Fa aina tazhabun)
Anakku
Tahun-tahun berjalan dan terus berjalan, kehidupan berlalu dengan cepat. Tapi kehidupan bukan persoalan waktu dan jarak, bukan persoalan seberapa lama dan seberapa jauh kau melangkah. Kehidupan adalah persoalan kemana dan bagaimana kau melangkah.
Tapi, kemana dan bagaimana kau akan melangkah, sementara tujuan hidup belum jua kau tahu. Kemana dan bagaimana kau akan melangkah? Akankah setiap langkah mendekatkan diri pada kesempurnaan, atau justru semakin menambah jarak?
Engkau bukanlah penentu tujuan hidupmu, bukan pula penentu hakikat kesempurnaanmu. Tugasmu hanyalah menyingkap tujuan hidup yang ditetapkan Sang Pemberi Hidup. Tugasmu hanyalah menyingkap hakikat kesempurnaan, sebagai manusia dan sebagai hamba Tuhan. Lalu, susuri jalan kehidupan itu, bergerak dan menyempurnalah.
Beribu kilo kau tapaki jalan bising di luar dirimu, tak akan berarti bila tak kau ayunkan langkah walau selangkah menyusuri jalan hening dalam dirimu.
Berpuluh tahun kau lalui desa ke kota, kota ke negara, semua percuma bila tak kau lalui walau sehari stasiun demi stasiun menuju istana Cinta.
Sungguh merugi mereka yang sadar akan gerak raga, namun lalai pada gerak jiwa; pada cahaya kah ia menatap, atau pada kegelapan ia tenggelam. Sesiapa yang menyadari gerak jiwanya, akan tertata gerak raganya.
Anakku
Semula kau adalah manusia potensi. Tahukah kau apa manusia potensi itu? Yaitu hewan aktual. Yang hanya tahu makan, minum, kawin lalu tidur.
Kini dan selamanya kau adalah manusia potensi, bila tak kau susuri jalan aktualisasi. Tapi, bagaimana kan kau susuri jalan itu? Sementara aktualitas manusia tak jua kau tahu.
Manusia aktual adalah manusia rasional. Manusia yang bergerak & memilih atas dasar akal, bukan atas dasar indera, bukan pula imaginasi.
Pabila kau bergerak menuju fatamorgana, maka engkau adalah manusia indrawi. Pabila kau lebih takut tidur sekamar dengan orang mati ketimbang dengan orang hidup, maka engkau adalah manusia imaginasi.
Gerak rasional adalah gerak harmonisasi. Kau bertindak harmonis pada setiap yang eksis, bahkan pada mereka yang mengeksploitasimu. Gerak rasional adalah gerak cinta. Kau tebarkan cinta pada setiap yang ada, bahkan pada mereka yang membencimu.
Pilihan rasional adalah pilihan substansial. Kau korbankan kesempurnaan aksidental demi kesempurnaan substansial.
Pilihan rasional adalah pilihan jiwa. Kau hancurkan raga, lepaskan perkara duniawi demi kesempurnaan jiwa, meraih nilai maknawi.
Anakku
Lantas kemana kau akan kembali? Sementara tak kau tahu kampung abadi. Bagaimana kan kau tahu kampung abadi, sedang tak kau tahu hakikat diri.
Engkau tak akan bergerak menuju samudera, kecuali engkau telah merasa bak setetes air di sahara. Engkau tak akan kembali pulang pada sang rumpun, kecuali engkau telah merasa bak seruling bambu, terasing dalam kesendirian. Engkau tak akan bersandar pada yang maha kaya, selama tak kau sadari bahwa engkau adalah maha papa.
Terbanglah anakku.
Engkau adalah seekor hud-hud. Terbang melintasi lembah uhud. Pabila telah kau jumpai sang Simurg, berarti telah kau temukan hakikat dirimu yang terkubur.
Bergeraklah anakku
Asal jangan bergerak tanpa kesadaran, jangan bernafas tanpa menyempurna . Hidup bukan sekedar bergerak, hidup bukan sekedar bernafas.
Mereka yang bergerak tanpa kesadaran adalah robot-robot yang berjalan. Mereka yang bernafas tanpa menyempurna adalah mayat-mayat yang gentayangan.
*~Alfit Lyceum*
#salamharmonisasi
#filsafatharmonisasi
Tuesday, December 17, 2019
Antara Cinta dan Nafsu
Tentang Cinta dan Nafsu
Cinta adalah ketertarikan hati pada hal-hal yang dianggap baik, indah, nikmat dan sempurna. Yakni, objek cinta adalah kebaikan, keindahan, kenikmatan, kebahagiaan dan kesempurnaan. Sebaliknya, objek benci adalah keburukan, kesengsaraan, derita dan ketidaksempurnaan.
Sayyid Kamal Haidari, dalam bukunya Makrifatullah, mengatakan; cinta adalah akibat dari pengetahuan dan sebab dari kematian. Yakni, cinta lahir dari pengetahuan, dan cinta melahirkan kematian.
Ini benar, sebab manusia hanya mencintai apa yang diketahuinya sebagai kesempurnaan, kebaikan, kebahagiaan dan kenikmatan. Manusia rela mati demi meraih semua itu.
Pun sebaliknya, manusia hanya membenci hal yang diketahuinya sebagai keburukan, penderitaan, kesengsaraan dan ketidaksempurnaan. Manusia juga rela mati demi menghindari semua itu.
Sesuatu yang hakikatnya baik, nikmat, bahagia dan kesempurnaan, tidak akan dicintai, bila manusia tak mengetahuinya. Begitu juga, sesuatu yang hakikatnya adalah keburukan, derita, kesengsaraan dan ketidaksempurnaan, tidak akan dibenci, bila manusia tak mengetahuinya.
Oleh karena itu, sebelum mencinta, penting untuk mendiagnosa mana kebaikan dan mana keburukan, mana kenikmatan dan mana kesengsaraan, mana kebahagiaan dan mana derita, mana kesempurnaan dan mana ketidaksempurnaan. Penting untuk meningkatkan kualitas pengetahuan.
Dan disinilah urgensi akal. Manusia harus menggunakan akalnya untuk mengetahui mana kesempurnaan substansial dan mana kesempurnaan aksidental; mana kebahagiaan abadi, dan mana kebahagiaan temporel; mana kenikmatan level rendah, dan mana kenikmatan level tinggi.
Jangan sampai, karena rendahnya pengetahuan dan liburnya akal, akhirnya kita mencintai dan rela mati dalam mengejar kenikmatan level rendah, kebahagiaan temporel dan kesempurnaan aksidental. Jika benar demikian, maka cinta kita adalah cinta buta; yaitu cinta yang tak dilandasi oleh cahaya akal.
Sebagai contoh; jika kita mencintai perempuan, lantaran kita mengetahui bahwa perempuan menawarkan kenikmatan fisikal, maka cinta kita kepadanya adalah cinta pada kenikmatan level rendah, cinta emosional.
Dan, bila kita mencintainya karena kita tahu bahwa dia menawarkan kenikmatan pengetahuan, maka cinta kita kepadanya adalah cinta pada kenikmatan level tinggi, cinta rasional.
Maka berhati-hatilah, jangan sampai engkau membenci manusia yang berilmu, hanya karena dia berparas buruk. Jangan jadikan kenikmatan level rendah, sebagai neraca mencinta, sebab itu disebut nafsu.
Pada tataran yang lebih tinggi, nafsu adalah segala bentuk cinta transaksional. Dengan kata lain, nafsu adalah engkau mencintai dengan harapan beroleh sesuatu darinya, baik itu kenikmatan level tinggi maupun kenikmatan level rendah. Sebab ujung dari cinta transaksional adalah diri.
Cinta yang tersucikan dari nafsu adalah cinta murni, yaitu cinta yang melenyapkan wujud pecinta, dan yang tersisa adalah wujud kekasih. Ujung dari cinta murni adalah kekasih dan kehendak kekasih, sebab diri dan kehendak diri telah meniada. Seperti kisah budak yang dikisahkan Fariduddin Attar berikut;
Alkisah seorang Raja membeli seorang budak. Kepada budak barunya, Sang Raja bertanya;
Nama kamu siapa?
Namaku adalah apa yang tuan panggilkan kepadaku.
Makanan kamu apa?
Makananku adalah apa yang tuan berikan kepadaku.
Pakaian kamu apa?
Pakaianku adalah apa yang tuan pakaikan kepadaku
Apa keinginanmu?
Keinginanku adalah apa yang tuan inginkan.
Lihatlah, cinta murni adalah level hamba. Dan hamba adalah dia yang tak memiliki kehendak di hadapan maulanya.
Atau seperti kisah Majnun yang mengetuk pintu rumah Laila. Pintu tak akan terbuka, Majnun tak akan diizinkan masuk, selama Majnun masih mendaku. Berikut kisahnya;
Suatu ketika Majnun mengetuk pintu rumah Laila.
Laila bertanya; siapa di luar?
Aku, jawab Majnun.
Laila berkata; pergi dan datanglah esok hari lagi.
Keesokan harinya, Majnun kembali datang, mengetuk pintu rumah Laila.
Siapa di luar? Tanya Laila.
Aku, jawab Majnun.
Lagi-lagi Laila menyuruh Majnun pulang, dan mempersilahkannya datang esok lagi.
Berhari-hari hal ini terulang. Majnun tak pernah diizinkan masuk ke rumah Laila.
Hingga di suatu hari, Majnun datang lagi dan mengetuk pintu.
Siapa diluar, tanya Laila.
ENGKAU, jawab Majnun.
Masuklah, jawab Laila kemudian.
Yah, cinta murni adalah level Majnun, level kematian, pecinta kehilangan eksistensinya di hadapan eksistensi kekasihnya.
Walhasil, cinta tanpa natsu adalah ketika engkau mencintai kekasihmu tanpa mengharap sesuatu darinya. Engkau mencintainya, karena engkau menemukan dirinya memang layak tuk dicinta, engkau menghamba kepadanya, karena engkau menemukan dirinya memang layak tuk dipertuhan.
Cinta murni juga mesti dinaungi oleh cahaya akal. Dengan begitu, diri tidak terjebak pada wujud terbatas, diri akan terarahkan pada kekasih sejati, wujud nirbatas. Sebab tak ada wujud yang paling layak dicinta dan dipertuhan, kecuali Dia yang paling sempurna dari yang sempurna. Tak ada kekasih yang paling layak dijadikan kekasih, kecuali Dia yang paling pengasih diantara yang pengasih.
Apalah artinya menggila dan rela mati dalam cinta, bila yang digilai adalah wujud terbatas. Gilailah Dia sang wujud nirbatas, seperti Majnun meggilai Laila.
*~Alfit Lyceum*
#salamharmonisasi
Monday, December 9, 2019
membaca sebelum menulis setelah membaca
Saya membaca,karena saya menulis
saya suka membaca,saya suka menulis
Daripada menghitung soal ujian matematika,saya mah lebih suka membaca dan menulis ribuan kata yang tersusun rapih dan mudah dipahami.
Ingin menulis ? Tapi apa yang harus saya tulis ?
Yang ditulis adalah yang tersirat dihati dan yang terpikir,tergambar jelas diotak telinga.
Maka dari itu,dengan membaca kita bisa menemukan gagasan baru,ide untuk membangun suatu karya sastra baik itu berupa tulisan maupun ucapan.karena,dengan membaca sama artinya dengan membuka cakrawala dunia,jendelanya dunia,yang tiada lain adalah ilmu yang tidak sengaja kita dapati dari membaca.
Seperti peribasa yang menyatakan “membaca adalah jendelanya dunia dan buku adalah gudangnya ilmu” artinya dengan membaca kita bisa tahu isi dunia,maknanya kita banyak mengetahui ilmu pengetahuan yang ada dimuka bumi ini.Dimulai dari sains,teknologi,biologi,ekonomi,agribisnis,dan masih banyak lainya.Semuanya bisa kita peroleh dengan membaca,karena hanya dengan belajar saja menurut saya itu tidak cukup.Mungkin kita disekolah banyak mempelajari berbagai hal,baik itu materi atau pun non materi.Materi dari yang guru kita berikan,dan non materi dari apa yang kita pelajari di sekolah tentang hubungan sosial,atau dari sebuah organisasi yang kita naungi disekolah.Secara tidak langsung kita banyak mempelajari berbagau hal,dan memperoleh banyak ilmu.Tapi,kalau hanya dipelajari dan tidak membaca itu sama saja bodohnya dengan air yang dikasih minyak,tidak akan pernah menyatu dan melekat ditubuh kita/ingatan kita.
Makanya,bila mana kita hendak mempelajari sesuatu harus dibarengi dengan membaca,dengan begitu apa yang kita pelajari dan peroleh akan melekat kuat pada diri kita,sehingga kita pun banyak menemukan unsur gagasan/ide baru untuk dijadikan sebuah karya atau motivasi tersendiri.
Sering-seringlah membaca,dengan begitu hubungan konteks kalian secara tidak langsung bakal berjalan dengan mulus,lancer,dan berada dibawah kendali kita.Kenapa begitu ? karena,kita sudah terbiasa membaca,dalam artian mampu membaca segala hal.Sehingga kita pun mampu menguasai diri kita sendiri.Tidak mudah terpengaruh oleh banyak orang atau lingkungan sekitar yang mencekam.
Mengingat Negara kita Indonesia,lemahnya kesadaran Akan membaca .Menjadikan Negara Indonesia gawat darurat literasi menduduki peringkat kedua dari bawah soal literasi dunia.Menurut survei kelas dunia orang-orang Indonesia tidak suka membaca buku.Menurut data UNESCO minat baca masyarakat indonesia sangatlah memprihatinkan,hanya 0,001% artinya dari 1.000 orang Indonesia Cuma 1 orang yang rajin membaca.
Hhah !
Makanya kita sebagai warga masyarakat Indonesia harus membiasakan membaca,minimal setidaknya kita menyishkan waktu 1 jam dalam sehari untuk membaca,atau 5 jam per minggu untuk baca buku.
Realita yang mengecewakan
Manusia tidak lebih sebagai statistik, manusia tidak lebih sebagai alat untuk mencapai tujuan tujuan ekonomi yang ada di luar dirinya.
Aliran Filsafat ini mengatakan, kehidupan modern adalah kehidupan yang absurt, kehidupan yang memuakkan.
Setelah pencerahan eropa, masyarakat barat begitu mendewakan yg namanya Akal budi atau rasio, dan mereka sangat yakin bahwa, akal budi ini atau rasio akan memecahkan segala persoalan hidup manusia di seluruh dunia. Pencerahan inilah yang juga menandai kita memasuki era modern, arau era masyarakat modern, dalam modernitas ini masyarakat begitu optimis, bahwa segala sesuatu persoalan manusia itu akan di pecahkan oleh ilmu pengetahuan dan tekhnologi, pertanyaan sederhana apakah betul seperti itu..?
Realitanya tidak demikan, ternyata kehidupan modern yang lahir dari pencerahan eropa ini, justru membawa masalah baru bagi Manusia, sebagai misal, ada seorang tokoh bernama "Ulrich Back" (1944-2015). Mengatakan bahwa, kehidupan modern ini membawa kita sekarang hidup pada era "Risk Society", atau masyarakat beresiko, artinya segala aktifitas produksi maupun konsumsi menyimpan resiko.
Contoh sederhana misalnya, makanan, apa sekarang makanan yang betul-betul tidak beresiko atau aman bagi kita, kultular modern melahirkan kultur instan yang akhirnya juga melahirkan makanan-makanan yang instan dan inilah yang melahirkan banyak orang terkena penyakit kanker dan lain sejenisnya, Penggunaan AC misalnya, itu juga beresiko bagi kesehatan kita, intinya segala sesuatu itu beresiko, kita keluar rumah, terpapar oleh asap kendaraan yang penuh dengan limbah, juga beresiko. Kita menggunakan Hp, leptop ada radiasi disitu, dan juga beresiko. Ternyata kehidupan modern ini melahirkan berbagai resiko bagi manusia modern.
Terdapat juga tokoh "Anthony Giddens" yang mengatakan bahwa kalau "back" menggunakan istilah "Risk Cosiety", Gidden menggunakan istilah "High Risk", atau resiko tinggi. Gidden mengatakan bagaimna pabrik-pabrik yang di bangun oleh kehidupan modern itu akhirnya menciptakan polusi, menciptakan rumah kaca, global worming, dan ini membuat lapisan ozon semakin menipis, ketika lapisan ozon bocor itu mengancam kehidupan manusia dan bisa menyebabkan kepunahan.
Bahkan bagaimna perkembangan Iptek di bidang senjata, itu bisa melahirkan nuklir yg justru akhirnya mengencam kehidupan manusia itu sendiri dan bisa juga membuat manusia punah. Dan bagaimna perkembangan Iptek di bidang pangan seperti instrumen-instrumen pertanian modern, pestisida atau pupuk kimia, pada akhirnya justru membuat ancaman gagal panen seluruh dunia, akibat senyawa kimia yang sebetulnya tidak bagus bagi alam ini.
Dari sisi yang paling konkrit dalam rana kehidupan sehari-hari atau aktifitas manusia kehidupan modern ini melahirkan birokrasi, atau dari kata lain birokrasi adalah anak kandung dari rahim modernitas. Secara sederhana birokrasi adalah organisasi bentukan negara untuk memperlancar peran dan fungsi pemerintah, maka karakter birokrasi itu yabg paling utama adalah efesiensi efektifitas tingkat tinggi, tetapi sayangnya kemudian cara kerja birokrasi yang seperti itu di terapkan di hampir seluruh dimensi kehidupan manusia. Bgaimna anda kerja dari pukul 08:00 pagi kemudian pulang pukul 16:00. Dan bagaimna kalau mau di terima di dunia kerja yang menjanjikan, anda harus lulus SD, SMP, SMA, kuliah atau jangankan disitu, bagaimna ketika kuliah dan ingin lulus harus sudah KKN, skripsi, memenuhi SKS dan lain lain, ini adalah cermin bgaimna kehidupan kita sekarang mengalami birokratisasi.
Maka tidak mengejutkan ada orang yang secara pendidikan tinggi, secara ekonomi mapan, tetapi dia bisa berubah menjadi sosok yang radikal atau ikut organisasi organisasi agamis garis keras, kenapa seperti itu..? Karna kehidupan modern yang gersang , kehidupan modern yang kering ini menyebabkan manusia modern mengalami gempaan spritual, kemudian mereka menjadikan hal seperti itu sebagai sarana pelarian, inilah yang di istilahkan oleh " Erich Fromm (1900-1980), lari dari kebebasan, jadi masyarakat modern ingin lari dari kebebasan itu, karna ternyata "kebebasan yabg mereka dambakan, kehidupan modern yang begitu optimis ternyata juga mengecewakan".
Di rana filsafat muncullah aliran filsafat Existensialisme yang merespon kehidupan modern, betapa kehidupan modern ini sangat absult, sangat aneh, manusia itu tidak lebih sebagai Angka, tidak lebih sebgai statistik, manusia tidak lebih sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi yang ada di luar dirinya dan lain sebagainya.
Nah ternyata kehidupan modernpun menyimpan berbagai permasalahan..
Subscribe to:
Posts (Atom)